Tuesday, March 3, 2015

ASKEP PADA PASIEN TUMOR TULANG

KATA PENGANTAR


Puji dan syukur kita panjatkan pada Tuhan Yesus Kristus atas kasih dan anugerahNya sehingga pembuatan makalah “ASKEP PADA PASIEN TUMOR TULANG” dan selesai dengan baik dan tepat waktu. Adapun askep ini mengandung beberapa pembahasan yang dapat digunakan oleh perwat ketika menangani pasien dengan tumor tulang, sehingga perawat dapat melakukan tindakan yang benar dalam hal asuhan keperawatan dan perawatan pada pasien tersebut.  Dan bukan hanya askep, melainkan makalah ini mengandung Pengertian, klasifikasi, etiologi serta patofisiologi tumor tulang yang diharapkan dapat membantu perawat memahami betul penyebab dan mengklasifikasikan penyakit tersebut agar ketika berkolaborasi dengan Medis lainnya seperti Dokter, tidak menimbulkan kebimbangan dan keraguan dalam melaksanakannya.

Namun kami menyadari bahwa makalah ini sungguh tidaklah sempurna seperti yang diharapkan, oleh karena itu kami mengharapkan kritikan dan saran dari dosen kami yang dapat membangun serta membuat kami kedepannya dapat lebih baik dalam meyelesaikannya.

Demikianlah kata pengantar yang dapat kami sampaikan, dan akhir kata kami berharapa agar makalah ini dapat berfungsi dan bermanfaat bagi kita semua.






BAB 1
PENDAHULUAN



A.     LATAR BELAKANG

                Benjolan pada tubuh seseorang terutama pada bagian tulang tentunya sangat tidak bagus dalam pandangan, dikarena menimbulkan kesan yang aneh pada tubuh seseorang, misalnya benjolan pada lutut maupun bagian tubuh yang lain. Tumor tulang merupakan penyakit yang bisa membuat seseorang malu akan penampilan fisiknya sehingga malu untuk menunjukkannya pada masyarakat. Dan kita tahu bahwa sistem  muskuloskeletal merupakan sistem yang sangat penting dalam tubuh manusia unruk menunjang bentuk tubuh, membantu proses pergerakan dan melindungi organ-organ yang lainnya.
Jadi akan sangat terasa jika ada bagian pada tulang yang mengalami gangguan terutam semisal tumor tulang.

                Tumor pada umumnya ada yang bersifat primer dan sekunder. Tumor prime yaitu tumor yang hanya berada/menggerogoti satu bagian tubuh saja, misalnya tumor pada payudara. Sedangkan tumor sekunder merupakan tumor yang sudah menyebar kebagian tubuh yang lain, semisal tumor payudara yang gejalanya menjalar sampe ke paru-paru atau orga vital lainnya.

                Peran perawat sangat di butuhkan dalam membantu menangani pasien dengan tumor tulang, dikarenakan pasien akan sangat kesulitan dalam hal mobilisasi gerak, oleh karena itu perawat dituntut agar bisa menguasai secara penuh mengenai penyakit tersebut sehingga bisa bekerja secara profesional dalam melakukan asuhan keperawatan dan perawatan yang suportif pada penderita tumor tulang

B.    RUMUSAN MASALAH

Adapun rumusan masalah yang diangkat adalah
1.       Defenisi tumor tulang
2.       Menjelaskan diagnosa dan diagnosa banding
3.       Menjelaskan etiologi hingga patofisiologi serta manifestasi klinis
4.       Menjelaskan asuhan keperawatan pada pasien tumor tulang

C.     TUJUAN
1.       Mengetahui pengertian tumor tulang
2.       Mengetahui klasifikasi tumor tulang
3.        Mengetahui etiologi tumor tulang
4.       Mengatahui patofisiologi tumor tulang
5.       Mengetahui jenis-jenis tumor tulang
6.       Manifestasi klinis

D.    MANFAAT
Diharapkan melalui makalah ini perawat bisa lebih memahami dan mengerti mengenai tumor tulang, sehingga bisa menjadi pedoman jika dikemudian hari merawat pasien dengan diagnosa medis tumor tulang, sehingga bisa melakukan tindakan dan asuhan keperawatan dengan tepat dan perawatan yang profesional





BAB 2
DEFENISI

A.     TEORI MEDIS
Tumor tulang adalah pertumbuhan sel baru yang abnormal(neoplasma), progresif dimana sel-sel nya tidak pernah menjadi dewasa. Neoplasma merupakan masa abnormal dari jaringan, yang pertumbuhannya pesat dan tidak terkoordinasi dari pada jaringan normal dan berlangsung lama serta berlebihan setelah perhentian stimulus yang menimbulkan perubahan tersebut.  
 Tumor tulang ada yang primer dan sekunder.
 Tumor primer yaitu tumor yang hanya berada/menggerogoti satu bagian tubuh saja, misalnya tumor pada payudara. Sedangkan tumor sekunder merupakan tumor yang sudah menyebar kebagian tubuh yang lain, semisal tumor payudara yang gejalanya menjalar sampe ke paru-paru atau organ vital lainnya.

B.     KLASIFIKASI
1)      Primer
a. Tumor yang membentuk tulang (Osteogenik)
Jinak : - Osteoid Osteoma
Ganas: - Osteosarkoma
- Osteoblastoma
- Parosteal Osteosarkoma, Osteoma
b. Tumor yang membentuk tulang rawan (Kondrogenik)
Jinak : - Kondroblastoma
Ganas : - Kondrosarkoma
- Kondromiksoid Fibroma
- Enkondroma
- Osteokondroma
c. Tumor jaringan ikat (Fibrogenik)
Jinak : - Non Ossifying Fibroma
Ganas : - Fibrosarkoma
d. Tumor sumsum tulang (Myelogenik)
Ganas : - Multiple Myeloma
Sarkoma Ewing
Sarkoma Sel Retikulum
e. Tumor lain-lain
Jinak : - Giant cell tumor
Ganas : - Adamantinoma
- Kordoma
2)       Sekunder/Metastatik
3)      Neoplasma Simulating Lesions
- Simple bone cyst
- Fibrous dysplasia
- Eosinophilic granuloma
- Brown tumor/hyperparathyroidism

Klasifikasi menurut TNM.
• T. Tumor induk
• TX tumor tidak dapat dicapai
• T0 tidak ditemukan tumor primer
• T1 tumor terbatas dalam periost
• T2 tumor menembus periost
• T3 tumor masuk dalam organ atau struktur sekitar tulang
• N Kelenjar limf regional
• N0 tidak ditemukan tumor di kelenjar limf
• N1 tumor di kelenjar limf regional
• M. Metastasis jauh
• M1 tidak ditemukan metastasis jauh
• M2 ditemukan metastasis jauh


C.     ETIOLOGI
Penyebab pasti terjadinya tumor tulang tidak diketahui. Akhir-akhir ini, penelitian menunjukkan
bahwa peningkatan suatu zat dalam tubuh yaitu C-Fos dapat meningkatkan kejadian tumor tulang.
•Radiasi sinar radio aktif dosis tinggi
•Keturunan
•Beberapa kondisi tulang yang ada sebelumnya seperti penyakit paget (akibat pajanan radiasi )
(Smeltzer. 2001)

Namun ada beberapa faktor yang berhubungan dan memungkinkan menjadi penyebab tumor tulang meliputi

Genetik
Beberapa kelainan genetik dikaitkan dengan terjadinya keganasan tulang, misalnya sarcoma jaringan lunak atau soft tissue sarcoma (STS). Dari data penelitian diduga mutasi genetic pada sel induk mesinkin dapat menimbulkan  sarcoma. Ada beberapa gen yang sudah diketahui ,mempunyai peranan dalam  kejadian sarcoma,  antara lain gen RB-1 dan p53. Mutasi p53 mempunyai peranan yang jelas dalam terjadinya STS. Gen lain yang juga diketahui  mempunyai peranan adalah gen MDM-2 (Murine Double Minute 2). Gen ini dapat menghasilkan suatu protein yang dapat mengikat pada gen p53 yang telah mutasi dan menginaktivitas gen tersebut.

Radiasi.
Keganasan jaringan lunak dapat terjadi pada daerah tubuh yang terpapar radiasi seperti pada klien karsinoma mamma dan limfoma maligna yang mendapat radioterapi. Halperin dkk. Memperkirakan resiko terjadinya sarcoma pada klien penyakit Hodgkin yang diradiasi adalah 0,9 %.  Terjadinya keganasan jaringan lunak dan bone sarcoma akibat pemaparan radiasi sudah diketahui sejak 1922. Walaupun jarang ditemukan, prognosisnya buruk dan umumnya high grade.
Tumor yang sering ditemukan akibat radiasi adalah malignant fibrous histiocytoma (MFH) dan angiosarkoma atau limfangiosarkoma. Jarak waktu antara radiasi dan terjadinya sarcoma diperkirakan sekitar 11 tahun.

Bahan Kimia.
Bahan kimia seperti Dioxin dan Phenoxyherbicide diduga dapat menimbulkan sarkoma, tetapi belum dapat dibuktikan. Pemaparan terhadap torium dioksida (Thorotrast), suatu bahan kontras, dapat menimbulkan angiosarkoma, pada hepar, selain itu, abses juga diduga dapat menimbulkan mosotelioma,  sedangkan polivilin klorida dapat menyebabkan angiosarkoma hepatik.

Trauma
Sekitar 30 % kasus keganasan pada jaringan lunak mempunyai riwayat trauma. Walaupun sarkoma kadang-kadang timbul pada jaringan sikatriks lama, luka bakar, dan riwayat trauma, semua ini tidak pernah dapat dibuktikan.

Limfedema kronis.
Limfedema akibat operasi atau radiasi dapat menimbulkan limfangiosarkoma dan kasus limfangiosarkoma pada ekstremitas superior ditemukan pada klien karsinoma mammae yang mendapat radioterapi pasca-mastektomi.

Infeksi.
Keganasan pada jaringan lunak dan tulang dapat juga disebabkan oleh infeksi parasit, yaitu filariasis. Pada klien limfedema kronis akibat obstruksi, filariasis dapat menimbulkan limfangiosrakoma.

D.    PATOFISIOLOGI
Adanya tumor pada tulang menyebabkan jaringan lunak diinvasi oleh sel tumor. Timbul reaksi dari tulang normal dengan respon osteolitik yaitu proses destruksi atau penghancuran tulang dan respon osteoblastik atau proses pembentukan tulang. Terjadi destruksi tulang lokal. Pada proses osteoblastik, karena adanya sel tumor maka terjadi penimbunan periosteum tulang yang baru dekat tempat lesi terjadi, sehingga terjadi pertumbuhan tulang yang abortif.
Kelainan congenital, genetic, gender / jenis kelamin, usia, rangsangan fisik berulang, hormon, infeksi, gaya hidup, karsinogenik (bahan kimia, virus, radiasi) dapat menimbulkan tumbuh atau berkembangnya sel tumor. Sel tumor dapat bersifat benign (jinak) atau bersifat malignant (ganas).
Sel tumor pada tumor jinak bersifat tumbuh lambat, sehingga tumor jinak pada umumnya tidak cepat membesar. Sel tumor mendesak jaringan sehat sekitarnya secara serempak sehingga terbentuk simpai (serabut pembungkus yang memisahkan jaringan tumor dari jaringan sehat). Oleh karena bersimpai maka pada umumnya tumor jinak mudah dikeluarkan dengan cara operasi.
Sel tumor pada tumor ganas (kanker) tumbuh cepat, sehingga tumor ganas pada umumnya cepat menjadi besar. Sel tumor ganas tumbuh menyusup ke jaringan sehat sekitarnya, sehingga dapat digambarkan seperti kepiting dengan kaki-kakinya mencengkeram alat tubuh yang terkena. Disamping itu sel kanker dapat membuat anak sebar (metastasis) ke bagian alat tubuh lain yang jauh dari tempat asalnya melalui pembuluh darah dan pembuluh getah bening dan tumbuh kanker baru di tempat lain. Penyusupan sel kanker ke jaringan sehat pada alat tubuh lainnya dapat merusak alat tubuh tersebut sehingga fungsi alat tersebut menjadi terganggu.
Kanker adalah sebuah penyakit yang ditandai dengan pembagian sel yang tidak teratur dan kemampuan sel-sel ini untuk menyerang jaringan biologis lainnya, baik dengan pertumbuhan langsung di jaringan yang bersebelahan (invasi) atau dengan migrasi sel ke tempat yang jauh (metastasis). Pertumbuhan yang tidak teratur ini menyebabkan kerusakan DNA, menyebabkan mutasi di gen vital yang mengontrol pembagian sel, dan fungsi lainnya (Tjakra, Ahmad. 1991).
Adapun siklus tumbuh sel kanker adalah membelah diri, membentuk RNA, berdiferensiasi / proliferasi, membentuk DNA baru, duplikasi kromosom sel, duplikasi DNA dari sel normal, menjalani fase mitosis, fase istirahat (pada saat ini sel tidak melakukan pembelahan).
E.      JENIS-JENIS KANKER TULANG
a)      Kondrosarkoma
Kondrosarkoma merupakan  tumor tulang ganas yang terdiri dari kondrosit anaplastik yang dapat tumbuh sebagai tumor tulang perifer atau sentral. Tumor ini paling sering menyerang laki-laki berusia diatas 35 tahun. Gejala yang paling sering adalah massa tanpa nyeri yang berlangsung lama. Contoh lesi perifer sering kali tidak menimbulkan gejala-gejala tertentu untuk jangka waktu yang lama dan hanya merupakan pembesaran yang dapat diraba dan hampir tidak menimbulkan gangguan. tetapi mungkin akan disusul dengan suatu pertumbuhan yang cepat dan agresif.  Tempat-tempat yang paling sering ditumbuhi tumor ini adalah : pelvis, femur, tulang iga, gelang bahu dan tulang-tulang kraniofasial.
Pada radiogram kondroskoma akan tampak sebagai suatu daerah radiolusen dengan bercak-bercak perkapuran yang tidak jelas. penatalaksanaan terbaik yang dilakukan pada saat ini adalah dengan eksisi radikal, tetapi bisa dilakukan juga dengan bedah beku, radioterapi, dan kemotrapi. untuk lesi-lesi besar yang agresif dan kambuh berulang-ulang, penatalaksanaan yang paling tepat mungkin adalah dengan melakukan amputasi.

b)      Osteosarcoma
Osteosarcoma merupakan penyakit ganas sistemik yang terjadi pada sel tulang, komponen hematopietik pada tulang, tulang rawan dan finrous atau bahan sinovial.
Dalam klinis osteosarcoma dapat dibagi dalam; osteosarcoma primer dan sekunder.
Osteosarcoma primer jarang djumpai kebanyakan metastase dari tempat atau jaringan lainnya. Sedangkan osteosarcoma sekunder sering terjadi pada pinggul, tulang belakang, tulang paha dan lainnya.

c)    Sarkoma Ewing
Sarkoma Ewing paling sering terlihat pada anak-anak dalam usia belasan dan tempat yang palings sering adalah korpus tulang-tulang panjang. Penampilan kasar adalah berupa tumor abu-abu lunak yang tumbuh ke reticulum sumsum tulang dan
merusak korteks tulang dari sebelah dalam. Dibawah periosteum terbentuk lapisan-lapisan tulang yang baru diendapkan paralel dengan batang tulang sehingga membentuk gambaran seperti tulang bawang.

d)      Multiple Myeloma
Tumor ini merupakan perpaduan antara salah satu tumor diatas, misalnya jika seorang pasien kanker tulang didiagnosa mengidap kanker tulang jenis osteosarcoma namun di sisi ain dia juga mengalami kondrosarcoma

F.      MANIFESTASI KLINIS
1.       Rasa sakit (nyeri),
                Nyeri dan atau pembengkakan ekstremitas yang terkena (biasanya menjadi semakin parah        pada malam hari dan meningkat sesuai dengan progresivitas penyakit).

2.       Pembengkakan
                Pembengkakan pada atau di atas tulang atau persendian serta pergerakan yang               terbatas (Gale. 1999: 245).

3.       Keterbatasan gerak
4.       Fraktur patologik.
5.       Menurunnya berat badan
6.       Teraba massa; lunak dan menetap dengan kenaikan suhu kulit di atas massa serta distensi pembuluh darah maupun pelebaran vena.
7.       Gejala-gejala penyakit metastatik meliputi nyeri dada, batuk, demam, berat badan menurun dan malaise (Smeltzer. 2001: 2347).

G.    PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1.       Pemeriksaan radiologis menyatakan adanya segitiga codman dan destruksi tulang.
2.       CT scan dada untuk melihat adanya penyebaran ke paru-paru.
3.       Biopsi terbuka menentukan jenis malignansi tumor tulang, meliputi tindakan insisi, eksisi, biopsi jarum, dan lesi-lesi yang dicurigai.
4.       Skrening tulang untuk melihat penyebaran tumor.
5.       Pemeriksaan darah biasanya menunjukkan adanya peningkatan alkalin fosfatase.
6.       MRI digunakan untuk menentukan distribusi tumor pada tulang dan penyebaran pada jaringan lunak sekitarnya.
7.       Scintigrafi untuk dapat dilakukan mendeteksi adanya “skip lesion”, ( Rasjad. 2003).


H.    PENATALAKSANAAN MEDIK

Penatalaksanaan tergantung pada tipe dan fase dari tumor tersebut saat didiagnosis. Tujuan penatalaksanaan secara umum meliputi pengangkatan tumor, pencegahan amputasi jika memungkinkan dan pemeliharaan fungsi secara maksimal dari anggota tubuh atau ekstremitas yang sakit. Penatalaksanaan meliputi pembedahan, kemoterapi, radioterapi, atau terapi kombinasi. Osteosarkoma biasanya ditangani dengan pembedahan dan / atau radiasi dan kemoterapi. Protokol kemoterapi yang digunakan biasanya meliputi adriamycin (doksorubisin) cytoksan dosis tinggi (siklofosfamid) atau metrotexate dosis tinggi (MTX) dengan leukovorin. Agen ini mungkin digunakan secara tersendiri atau dalam kombinasi.
Bila terdapat hiperkalsemia, penanganan meliputi hidrasi dengan pemberian cairan normal intravena, diuretika, mobilisasi dan obat-obatan seperti fosfat, mitramisin, kalsitonin atau kortikosteroid. ( Gale. 1999: 245 ).

Tujuan dari penatalaksanaan adalah untuk menghancurkan atau mengangkat jaringan maligna dengan menggunakan metode yang seefektif mungkin.

Secara umum penatalaksanaan osteosarkoma ada dua, yaitu:

1.    Pada pengangkatan tumor dengan pembedahan biasanya diperlukan tindakan amputasi pada ekstrimitas yang terkena, dengan garis amputasi yang memanjang melalui tulang atau sendi di atas tumor untuk control lokal terhadap lesi primer. Beberapa pusat perawatan kini memperkenalkan reseksi lokal tulang tanpa amputasi dengan menggunakan prosthetik metal atau allograft untuk mendukung kembali penempatan tulang-tulang.

2.    Kemoterapi
Obat yang digunakan termasuk dosis tinggi metotreksat yang dilawan dengan factor citrovorum, adriamisin, siklifosfamid, dan vinkristin.







BAB  3
TINJAUAN KASUS


This 15 year old boy has a painful tumor in his tibia, near the knee. A biopsy showed “giant cells” in the lesion. It continued to grow, and he has pain, a mass, and substantial leg atropy.
               Radiological findings :
                A sclerotic and granular appearing lesion in the posterior and lateral tibia plateau, just under the joint surface, with some enlargement of the bone. There is a healed incision, without any sign of infection, but the area is very tender to the touch.
               Laboratory result :
                None available
               Differential Diagnosis :
                 chondroblastoma, osteosarcoma
               Treatment option :
                Based on a presumptive diagnosis, a thorough curettage of the lesion was performed


Seoran anak berumur 15 tahun memiliki tumor yang menyakitkan pada tulang keringnya, dekat lutut. Hasil pemeriksaan biopsi menunjukkan adanya “sel-sel raksasa”  pada lesi. Dan itu tumor itu terus bertumbuh, dan terasa sakit/nyeri, adanya massa, dan atrofi kaki yang substansial.
·         Pemeriksaan radiologi
Munculnya lesi sklerotik dan granular di posterior dan lateral tibia plateau, hanya dibawah permukaan sendi, dengan beberapa pembesaran pada tulang. Terdapat sayatan yang sembuh, tanpa tanda infeksi, tapi sangat lunak/lembek di sentuh.
·         Hasil laboratorium
Tidak tersedia
·         Diagnosa banding
Chondroblastoma, osteosarcoma
·         Opsi pengobatan
Berdasarkan anggapan diagnosis,

Berdasarkan kasus diatas, anak tersebut menderita kanker tulang jenis osteosarcoma, dikarenakan osteosarcoma cenderung mempengaruhi akhir dan atas tibia, dan berdasarkan kasus menunjukkan 60% osteosarcoma terjadi disekitaran lutut, 15% sekitar pinggul, 10% paha, dan 8% di rahang.
Sedangkan Tempat-tempat yang paling sering ditumbuhi tumor ini adalah : pelvis, femur, tulang iga, gelang bahu dan tulang-tulang kraniofasial.










BAB 4
ASUHAN KEPERAWATAN


A.     PENGKAJIAN
Tanggal pengkajian : 17 Desember 2014
Masuk RS : 15 Desember 2014
Ruang : mawar
Jam : 09.15
No. Rekam medis : 120341
1.        IDENTITAS KLIEN
NAMA        : JOKOWI DUHA
Umur          : 15 tahun
Jenis kelamin     : laki-laki
Agama        : kristen
Pendidikan          : SMA
Alamat        : jl. Kuda terbang no. 89
Suku/bangsa      : WNI
PENANGGUNG JAWAB KLIEN
Nama          : Jusuf kala
Umur          : 54 tahun
Jenis kelamin     : laki-laki
Pekerjaan : wirausaha
Hubungan denga pasien : Anak
Alamat        : jl. Kuda terbang no. 89

2.       PEMERIKSAAN FISIK
·         Nyeri tekan / nyeri lokal pada tulang kering dekat lutut
·         Pada palpasi teraba massa pada derah tibia dekat lutut
·         peningkatan suhu kulit di atas massa serta adanya pelebaran vena
·         Pembengkakan pada atau di atas tulang atau persendian serta pergerakan yang terbatas

3.       PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Pemeriksaan radiologi
Munculnya lesi sklerotik dan granular di posterior dan lateral tibia plateau, hanya dibawah permukaan sendi, dengan beberapa pembesaran pada tulang. Terdapat sayatan yang sembuh, tanpa tanda infeksi, tapi sangat lunak/lembek di sentuh.
·         Hasil laboratorium
Tidak tersedia

4.       ANALISA DATA

SIGN/SYMPTOM
ETIOLOGI
PROBLEM

DS
-Pasien merasa nyeri pada tulang kering dekat lutut
DO
-adanya nyeri tekan pada tibia dekat lutut
-keletiihan
- adanya massa
-adanya agen cedera biologi

Nyeri akut

DS
-pasien merasa takut akan penyakitnya yang semakin memburuk sehingga tidak memikirkan hal lain termasuk makan
DO
-cemas
-kurang pengetahuan
Status hipermetabolik berkenaan dengan kanker
Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
DS
-  pasien mengatakan sangat takut jika penyakitnya berpengaruh terhadap masa depannya
DO
-lemah
-kehilangan alat gerak
-mobilisasi terbatas
rasa takut tentang ketidak tahuan, persepsi tentang proses penyakit, dan sistem pendukung yang tidak adekuat
koping tidak efektif
DS
-pasien merasa tidak percaya diri akan kondisinya saat ini
DO
-hilangnya fungsi alat gerak
-mobilisasi yang terbatas
Hilangnya bagian tubuh atau perubahan kinerja peran
Gangguan harga diri
DS
-
DO
-raut wajah bersedih
Adanya kemungkinan kehilangan alat gerak
Berduka



B.      DIAGNOSA KEPERAWATAN
Berdasarkan analisa data diatas, dapat disimpulkan bahwa yang menjadi dianosa keperawatan adalah:
ü  Nyeri akut b/d cedera agen biologi
ü  Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d  Status hipermetabolik berkenaan dengan kanker
ü  Koping tidak efektif berhubungan dengan rasa takut tentang ketidak tahuan, persepsi tentang proses penyakit, dan sistem pendukung tidak adekuat
ü  Gangguan harga diri karena hilangnya bagian tubuh atau perubahan kinerja peran
ü  Berduka berhubungan dengan kemungkinan kehilangan alat gerak

C.      INTERVENSI KEPERAWATAN

Dx 1
Tujuan: klien mengalami pengurangan nyeri
Intervensi :
•Kaji status nyeri ( lokasi, frekuensi, durasi, dan intensitas nyeri )
R/ memberikan data dasar untuk menentukan dan mengevaluasi intervensi yang diberikan.
•Berikan lingkungan yang nyaman, dan aktivitas hiburan ( misalnya : musik, televisi )
R/ meningkatkan relaksasi klien.
•Ajarkan teknik manajemen nyeri seperti teknik relaksasi napas dalam, visualisasi, dan bimbingan
imajinasi.
R/ meningkatkan relaksasi yang dapat menurunkan rasa nyeri klien
Kolaborasi :
•Berikan analgesik sesuai kebutuhan untuk nyeri.
R/ mengurangi nyeri dan spasme otot

Dx 2
Tujuan : Mendemonstrasikan penggunaan mekanisme koping efektif dan partisipasi aktif dalam aturan
Pengobatan
Intervensi :
•Motivasi pasien dan keluarga untuk mengungkapkan perasaan.
R/ memberikan kesempatan pada pasien untuk mengungkapkan rasa takut serta kesalahan konsep
tentang diagnosis
•Berikan lingkungan yang nyaman dimana pasien dan keluarga merasa aman untuk mendiskusikan
perasaan atau menolak untuk berbicara.
R/ membina hubungan saling percaya dan membantu pasien untuk merasa diterima dengan kondisi apa
adanya
•Pertahankan kontak sering dengan pasien dan bicara dengan menyentuh pasien.
R/ memberikan keyakinan bahwa pasien tidak sendiri atau ditolak.
•Berikan informasi akurat, konsisten mengenai prognosis.
R/ dapat menurunkan ansietas dan memungkinkan pasien membuat keputusan atau pilihan sesuai realita

Dx 3
Tujuan : mengalami peningkatan asupan nutrisi yang adekuat
Intervensi :
•Catat asupan makanan setiap hari
R/ mengidentifikasi kekuatan atau defisiensi nutrisi.
•Ukur tinggi, berat badan, ketebalan kulit trisep setiap hari.
R/ mengidentifikasi keadaan malnutrisi protein kalori khususnya bila berat badan dan pengukuran
antropometrik kurang dari normal
•Berikan diet TKTP dan asupan cairan adekuat.
R/ memenuhi kebutuhan metabolik jaringan. Asupan cairan adekuat untuk menghilangkan produk sisa.
Kolaborasi :
•Pantau hasil pemeriksaan laboratorium sesuai indikasi.
R/ membantu mengidentifikasi derajat malnutrisi
(Doenges, 1999)
Dx 4
Tujuan : mengungkapan perubahan pemahaman dalam gaya hidup tentang tubuh, perasaan tidak
berdaya, putus asa dan tidak mampu.

Intervensi :
•Diskusikan dengan orang terdekat pengaruh diagnosis dan pengobatan terhadap kehidupan pribadi
pasien dan keluarga.
R/ membantu dalam memastikan masalah untuk memulai proses pemecahan masalah.
•Motivasi pasien dan keluarga untuk mengungkapkan perasaan tentang efek kanker atau pengobatan.
R/ membantu dalam pemecahan masalah
•Pertahankan kontak mata selama interaksi dengan pasien dan keluarga dan bicara dengan menyentuh
pasien
R/ menunjukkan rasa empati dan menjaga hubungan saling percaya dengan pasien dan keluarga.
(Doenges, 1999)
Dx. 5
Tujuan : Keluarga dan klien siap menghadapi kemungkinan kehilangan anggota gerak.
Intervensi :
•Lakukan pendekatan langsung dengan klien.
R/ meningkatkan rasa percaya dengan klien.
•Diskusikan kurangnya alternatif pengobatan.
R/ memberikan dukungan moril kepada klien untuk menerima pembedahan.
•Ajarkan penggunaan alat bantu seperti kursi roda atau kruk sesegera mungkin sesuai dengan
kemampuan pasien.
R/ membantu dalam melakukan mobilitas dan meningkatkan kemandirian pasien.
•Motivasi dan libatkan pasien dalam aktifitas bermain
R/ secara tidak langgsung memberikan latihan mobilisasi

D.    EVALUASI
1. Pasien mampu mengontrol nyeri
a. Melakukan teknik manajemen nyeri,
b. Patuh dalam pemakaian obat yang diresepkan.
c. Tidak mengalami nyeri atau mengalami pengurangan nyeri saat istirahat, selama menjalankan
aktifitas hidup sehari-hari
2. Memperlihatkan pola penyelesaian masalah yang efektif.
a. Mengemukakan perasaanya dengan kata-kata
b. Mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki pasien
c. Keluarga mampu membuat keputusan tentang pengobatan pasien
3. Masukan nutrisi yang adekuat
a. Mengalami peningkatan berat badan
b. Menghabiskan makanan satu porsi setiap makan
c. Tidak ada tanda – tanda kekurangan nutrisi
4. Memperlihatkan konsep diri yang positif
a. Memperlihatkan kepercayaan diri pada kemampuan yang dimiliki pasien
b. Memperlihatkan penerimaan perubahan citra diri
5. Klien dan keluarga siap intuk menghadapi kemungkinan amputasi















BAB 5
PENUTUP


A.      KESIMPULAN
Tumor tulang merupakan penyakkit yang hampir sama dengan kanker, demikian juga dengan pengklasifikasiannya. Penyebab tumor tullang belum pasti namun berdasarkan uraian diatas terdapat beberapa faktor yang bisa mempengaruhi munculnya tumor tulang, diataranya genetik, radiasi, bahan kimia, infeksi dll, namun yang satu yang pasti, bahwa tumor tulang terjadi karena adanya pertumbuhan sel-sel yang abnormal terus bertumbuh atau bisa disebut sebagai “sel-sel raksasa”
Dan jika suatu saat terdapat hal yang demikian, segeralah mengobatinya ke Rumah Sakit untuk menghindari terjadinya metastase,

B.      SARAN

Saya sadar bahwa makalah ini sungguh sangat tidak sempurna dikarenakan satu atau dua hal, namun jauh dari itu kami berharap agar makalah ini sedikitnya bisabermanfaat bagi kita semua dikemudian hari, dan kami juga sangat mengharapkan saran dan kritikan dari dosen yang dapat membangun dan membantu kami agar dikemudian hari kami dapat lebih baik lagi dalam mengerjakan apa yang di tugaskan kepada kami, akhir kata saya mengucapkan banyak terimakasih atas waktu dan kesempatan yang telah diberikan untuk membaca dan mengoreksi hasil makalah kami ini. 

No comments:

Post a Comment